Dayah merupakan hal lumrah di Aceh, hampir di setiap desa di Aceh berdiri dayah, dari yang kecil sampai yang besar. Dayah adalah tempat orang-orang Aceh belajar Ilmu Agama, jika diluar Aceh tempat ini disebut dengan Pesantren. Nah diantara ratusan bahkan ribuan dayah di Aceh tersebut, biasanya dayah-dayah ini biasa dikenal dengan nama sang pendiri serta tempat berdirinya dayah itu.
Diantara dayah yang pernah berdiri megah di Aceh adalah Dayah Tanoh Mirah, Pesantren yang berdiri kokoh di pedalaman Kabupaten Bireun ini didirikan oleh Abu Hanafiah atau lebih dikenal dengan Abu Tanoh Mirah. Dayah ini telah melahirkan banyak lulusan bertitel tengku di seluruh pelosok Aceh sampai Sumatera Bagian Utara dan Selatan.
Ulama yang terkenal pada masanya sebagai seorang ulama yang sangat menguasai ilmu ushul fiqh, merupakan salah seorang murid dari Tgk. Syekh H. Muhammad Waly Al Khalidy atau yang lebih dikenal dengan Tgk. Mudawali.
Setelah sekian lama belajar pada Tgk. Syekh H. Muhammad Waly Al Khalidy di Dayah Darussalam Labuhan haji Aceh Selatan, beliau pulang ke kampung halaman mendirikan sebuah lembaga pendidikan Agama Islam yang bernama Dayah Darul Ulum. Dayah ini didirikan pada tahun 1957 yaitu di Desa Tanoh Mirah Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Aceh.
Pada masa jayanya, Dayah Darul Ulum pernah sangat terkenal sampai ke Malaysia dan provinsi lain di seluruh tanah air, banyak santri dari luar daerah yang belajar di dayah ini yang kemudian mampu membangun dayah di daerah mereka masing-masing.
Abu Tanoh Mirah meninggal pada tahun 1989 dalam usia 63 tahun dan meninggalkan delapan orang putra-putrinya. Beliau merupakan ulama Aceh yang sangat teguh memegang al-qur'an dan hadits dengan mengikuti pemahaman Mazhab Syafi'i dalam bidang fiqh dan mengikuti Mazhab al-Asy'ari dalam bidang akidah. Setelah beliau menghadap sang ilahi kepepimpinan Pesantren Darul Ulum diteruskan oleh anak-anak beliau, terutama yang sangat berperan adalah anak kedua beliau yang juga diberi nama sama dengan nama gurunya yakni Muhammad Waly Al Khalidy yang dipanggil juga dengan Tgk. Mudawali.
Pada akhir tahun 2014 saya ditugaskan oleh kantor tempat saya bekerja untuk mengumpulkan data dan melakukan penelitian terhadap penulisan Buku Identitas Keacehan dengan tujuan ke Kabupaten Aceh Utara, saya berangkat dari Kota Banda Aceh bersama seorang Akademisi, Budayawan dan seorang Jurnalis, setelah berada di Kabupaten Aceh Utara kami pun beranjak pulang ke Ibu Kota, namun ditengah perjalanan salah seorang diantara kami mengajak untuk singgah sejenak di Pesantren Abu Tanoh Mirah, beliau mengatakan bahwa sudah sangat rindu pada dayah tersebut.
Barlian AW merupakan salah satu alumni dayah yang cukup terkenal tersebut, beliau bercerita bahwa dahulu beliau adalah pembaca Surat Kabar (Koran) buat Abu, sehingga beliau adalah salah satu santri junior yang setiap hari bisa berjumpa dan bercengkrama dengan Abu. setelah di sepanjang perjalanan mendengar cerita pak barlian ini saya dapat mengambil kesimpulan bahwa Abu Tanoh Mirah adalah Orang yang cukup spesial sayapun tak sanggup menggambarkannya dengan kata-kata. dan setelah melalui jalan berbatu kami pun sampai ke dayah yang dituju.
Tidak ada yang istimewa dari dayah yang telah melahirkan ribuan tengku ini, kondisi bangunan tempat mengaji atau dalam bahasa aceh disebut bale cukup memprihatinkan, memang dayah ini sedang berbenah, itu terlihat dari bangunan beton yang sedang dibangun, tapi sayang nampaknya bangunan ini sudah terbengkalai.
Ditengah komplek dayah ini terdapat rumah sang ulama yang masih berdiri kokoh. Dayah Tanoh Mirah juga dikelilingi oleh persawahan yang sangat subur dan kini di dalam dayah tersebut juga telah berdiri Rumah Sekolah setingkat SLTP.
0 komentar:
Posting Komentar
Adab Sebagian Dari Ilmu, Jadi Komentarilah Dengan Sebaik-baik Bahasa