Jumat, 20 Juni 2014

Pemerintahan ZIKIR dimata Blogger

Dua Tahun Pemerintahan ZIKIR- Tanggal 25 juni 2012 menjadi awal dari keberhasilan dan kesuksesan sebuah Gerakan Kemerdekaan Aceh, dimana sejak saat itu Pemerintahan Aceh di pegang penuh oleh gerakan ini. Semua itu ditandai dengan dilantiknya Mentri Kesehatan dan Panglima perang GAM sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh periode 2012 sampai 2013 oleh Mentri Dalam Negeri Gamawan Fauzi di kantor DPRA Banda Aceh. Jauh sebelumnya Parlemen Aceh juga di kuasai oleh Partai Aceh yang merupakan Partai bentukan mantan Kombatan serta pengusung pasangan ZIKIR ini.

Perjuangan belum berakhir, dengan penguasaan penuh dua lembaga tertinggi di Aceh Legislatif dan Eksekutif, kombinasi keduanya yang dipegang oleh satu Partai seakan tiada halangan lagi bagi kemajuan dan kemakmuran serta semua hak-hak Aceh yang tertuang dalam Naskah perjanjian MOU Helsinki. Ternyata setelah gerakan ini menguasai Pemerintahan Aceh PR yang lebih besar telah menunggu, yaitu kemiskinan, ketertinggalan, dan kualitas pendidikan yang bobrok.


Jika kita melihat dimana posisi Aceh saat ini, dimata Indonesia pun Aceh belum cukup syarat untuk disegani. Badan Pusat Statistik tahun 2012 melansir Aceh adalah Provinsi termiskin keenam dari 33 Provinsi di Indonesia, yang lebih tragis adalah dunia pendidikan Aceh, Provinsi ini menjadi Provinsi dengan jumlah siswa yang tidak lulus merupakan yang tertinggi untuk tingkat SMA di seluruh Indonesia  yang mencapai 785 orang, meskipun secara persentase Aceh menduduki peringkat delapan nasional. (Tempo, 21 mei 2014)

Secara de-jure, Aceh mungkin tidak dijajah, karena tidak ada pengakuan takluk dari penguasanya dan perlawanan konstan dari pejuangnya. Namun system pemerintahan, ekonomi, dan aspek formal lainnya dipengaruhi oleh institusi hukum buatan Belanda. Akibatnya peningkatan kualitas manusia Aceh seakan jalan ditempat karena terus diperangi dan sumber daya alam tak henti dikeruk serta Aceh kembali menjadi korban ditengah anggaran yang melimpah.

Waktu berlalu begitu cepat, tiada terasa pemerintahan Zikir hampir genap berusia dua tahun, banyak kesuksesan dan penghargaan yang diperoleh, namun juga tidak kurang yang menilai pemerintahan ZIKIR telah GAGAL membawa Aceh ke arah yang lebih baik. Sebenarnya semuanya benar dan semuanya salah, tergantung dari sudut mana anda memandang. Jika seseorang menilai sesuatu dari sudut pandang yang positif, maka yakinlah nilainya akan positif jua, dan sebaliknya jika seseorang menilai sesuatu yang negatif, pasti nilainya juga akan negatif.

Sebenarnya jika kita melihat pemerintahan ZIKIR selama dua tahun ini secara bijak dua sosok pemimpin Aceh ini merupakan sosok yang sangat tepat, walaupun sebagian dari janji-janjinya semasa kampanye belum sepenuhnya dipenuhi, Setidaknya sebagian kewenangan Aceh telah berhasil mereka rebut dari pemerintah pusat.  Membangun bangsa yang porak-poranda setelah puluhan tahun dilanda konflik bersenjata bukan semudah membalikkan telapak tangan, butuh perjuangan dan kemauan serta kontribusi semua pihak untuk membangun Aceh kearah yang lebih baik sehingga dapat disejajarkan dengan bangsa maju seperti Malaysia, Singapura bahkan Brunei Darussalam pasti akan terwujud jika dilakukan dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh.

Maka dari itu sebagai bangsa yang beradab mari kita apresiasi kinerja pemerintah ZIKIR dan semua kesalahan dan kekurangan dalam Dua Tahun Pemerintahanan ZIKIR jangan kita nilai sebagai kegagalan sistem pemerintahan yang dipimpin Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf.

Penulis yakin apabila dikerjakan dengan niat yang ikhlas dan sepenuh hati serta dukungan penuh dari seluruh masyarakat Aceh Pemerintah ZIKIR akan mencapai keberhasilan dan mampu menjadikan Aceh yang bermartabat di mata dunia seperti buku yang pernah ditulis oleh sang Ayah Ideologis Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf  sekaligus Deklarator Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Dr Muhammad Hasan Tiro yang berjudul “Atjeh bak Mata Donya”.

Kepada pasangan ZIKIR dalam peringatan Dua Tahun Pemerintahan ZIKIR saya ucapkan terima kasih dan selamat mengemban tugas sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh, semoga Allah SWT memberikan bimbingan dan petunjuk serta melimpahkan rahmatnya dan karunianya bagi Pemimpin Aceh ini dalam memakmurkan bumi Iskandar Muda dan menjadikan Aceh sebagai Nanggroe yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur.

“Setiap kita adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang iya pimpin”


Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Komputer jurusan Sistem Informasi pada Universitas U’Budiyah Indonesia
Baca selengkapnya »

1 komentar:

Ahmad Fawzan Rohman mengatakan... 24 Juni 2014 pukul 04.30

(c) blogwalking gan...

Posting Komentar

Adab Sebagian Dari Ilmu, Jadi Komentarilah Dengan Sebaik-baik Bahasa

Copyright © Fauzi Journey 2010

Template By Nano Yulianto