Dua Tahun Pemerintahan ZIKIR- Tanggal 25 juni 2012 menjadi awal dari keberhasilan
dan kesuksesan sebuah Gerakan Kemerdekaan Aceh, dimana sejak saat itu Pemerintahan
Aceh di pegang penuh oleh gerakan ini. Semua itu ditandai dengan dilantiknya
Mentri Kesehatan dan Panglima perang GAM sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur
Aceh periode 2012 sampai 2013 oleh Mentri Dalam Negeri Gamawan Fauzi di kantor
DPRA Banda Aceh. Jauh sebelumnya Parlemen Aceh juga di kuasai oleh Partai Aceh yang
merupakan Partai bentukan mantan Kombatan serta pengusung pasangan ZIKIR ini.
Perjuangan belum berakhir, dengan penguasaan penuh
dua lembaga tertinggi di Aceh Legislatif dan Eksekutif, kombinasi keduanya yang
dipegang oleh satu Partai seakan tiada halangan lagi bagi kemajuan dan
kemakmuran serta semua hak-hak Aceh yang tertuang dalam Naskah perjanjian MOU
Helsinki. Ternyata setelah gerakan ini menguasai Pemerintahan Aceh PR yang
lebih besar telah menunggu, yaitu kemiskinan, ketertinggalan, dan kualitas pendidikan
yang bobrok.
Jika kita melihat dimana posisi Aceh saat ini,
dimata Indonesia pun Aceh belum cukup syarat untuk disegani. Badan Pusat
Statistik tahun 2012 melansir Aceh adalah Provinsi termiskin keenam dari 33 Provinsi
di Indonesia, yang lebih tragis adalah dunia pendidikan Aceh, Provinsi ini
menjadi Provinsi dengan jumlah siswa yang tidak lulus merupakan yang tertinggi
untuk tingkat SMA di seluruh Indonesia yang
mencapai 785 orang, meskipun secara persentase Aceh menduduki peringkat delapan
nasional. (Tempo, 21 mei 2014)
Secara de-jure,
Aceh mungkin tidak dijajah, karena tidak ada pengakuan takluk dari
penguasanya dan perlawanan konstan dari pejuangnya. Namun system pemerintahan,
ekonomi, dan aspek formal lainnya dipengaruhi oleh institusi hukum buatan Belanda.
Akibatnya peningkatan kualitas manusia Aceh seakan jalan ditempat karena terus
diperangi dan sumber daya alam tak henti dikeruk serta Aceh kembali menjadi
korban ditengah anggaran yang melimpah.
Waktu berlalu begitu cepat, tiada terasa
pemerintahan Zikir hampir genap berusia dua tahun, banyak kesuksesan dan
penghargaan yang diperoleh, namun juga tidak kurang yang menilai pemerintahan
ZIKIR telah GAGAL membawa Aceh ke arah yang lebih baik. Sebenarnya semuanya
benar dan semuanya salah, tergantung dari sudut mana anda memandang. Jika seseorang
menilai sesuatu dari sudut pandang yang positif, maka yakinlah nilainya akan
positif jua, dan sebaliknya jika seseorang menilai sesuatu yang negatif, pasti
nilainya juga akan negatif.
Sebenarnya jika kita melihat pemerintahan ZIKIR
selama dua tahun ini secara bijak dua sosok pemimpin Aceh ini merupakan sosok
yang sangat tepat, walaupun sebagian dari janji-janjinya semasa kampanye belum
sepenuhnya dipenuhi, Setidaknya sebagian kewenangan Aceh telah berhasil mereka
rebut dari pemerintah pusat. Membangun bangsa
yang porak-poranda setelah puluhan tahun dilanda konflik bersenjata bukan semudah
membalikkan telapak tangan, butuh perjuangan dan kemauan serta kontribusi semua
pihak untuk membangun Aceh kearah yang lebih baik sehingga dapat disejajarkan
dengan bangsa maju seperti Malaysia, Singapura bahkan Brunei Darussalam pasti
akan terwujud jika dilakukan dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh.
Maka dari itu sebagai bangsa yang beradab mari kita
apresiasi kinerja pemerintah ZIKIR dan semua kesalahan dan kekurangan dalam Dua Tahun Pemerintahanan ZIKIR jangan kita nilai sebagai
kegagalan sistem pemerintahan yang dipimpin Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf.
Penulis yakin apabila dikerjakan dengan niat yang
ikhlas dan sepenuh hati serta dukungan penuh dari seluruh masyarakat Aceh
Pemerintah ZIKIR akan mencapai keberhasilan dan mampu menjadikan Aceh yang
bermartabat di mata dunia seperti buku yang pernah ditulis oleh sang Ayah
Ideologis Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf sekaligus Deklarator Gerakan Aceh Merdeka
(GAM) Dr Muhammad Hasan Tiro yang berjudul “Atjeh bak Mata Donya”.
Kepada pasangan ZIKIR dalam peringatan Dua Tahun Pemerintahan ZIKIR saya ucapkan terima kasih
dan selamat mengemban tugas sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh, semoga
Allah SWT memberikan bimbingan dan petunjuk serta melimpahkan rahmatnya dan
karunianya bagi Pemimpin Aceh ini dalam memakmurkan bumi Iskandar Muda dan
menjadikan Aceh sebagai Nanggroe yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun
Ghafur.
“Setiap kita adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan
diminta pertanggungjawaban atas apa yang iya pimpin”
Penulis
adalah Mahasiswa Ilmu Komputer jurusan Sistem Informasi pada Universitas U’Budiyah
Indonesia
1 komentar:
(c) blogwalking gan...
Posting Komentar
Adab Sebagian Dari Ilmu, Jadi Komentarilah Dengan Sebaik-baik Bahasa